Penulis mengenal bank berikut aktivitas didalamnya, semenjak duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Kebetulan saja, Ibu selalu mengajak penulis ikut, disaat beliau hendak melakukan transaksi di bank tempat ia menabung. Karena Ibu dahulu seorang wirausahawati, maka frekwensi kunjungan kami ke bank termasuk sering. Adakalanya, kami mengunjungi bank 3 kali dalam seminggu. Untuk menyetor uang, untuk menukarkan uang, atau hanya untuk sekadar mencek jumlah saldo tabungan.
Pada saat penulis menginjak usia sekolah dasar, dikarenakan jadwal masuk sekolah, Ibu mulai jarang mengajak penulis berkunjung ke bank. Beliau biasa pergi ke bank di pagi hari, sementara penulis harus masuk sekolah sampai pukul 12 siang. Namun demikian, justru pada saat penulis menginjak usia SD-lah, penulis mulai membuka rekening di bank yang sama dengan bank dimana ibu menyimpan dan melakukan transaksi keuangan.
Keinginan penulis memiliki tabungan sejak usia 7 tahun itu, setidaknya dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, tentu saja karena melihat teladan orangtua yang rajin menabung, dan kedua, pelayanan dari customer service atau bagian teller bank, yang jauh lebih bermutu daripada customer service jenis pelayanan umum lainnya. Performansi bank berikut pelayanannya itulah yang meninggalkan kesan mendalam di hati penulis yang saat sering berkunjung ke bank masih berusia balita atau kanak-kanak. Keramah-tamahan, busana para pegawai bank, jauh lebih berkualitas dari performa dan penampilan personil lembaga/perusahaan apapun, yang pernah penulis kunjungi semasa kecil dulu.
Dari pengalaman penulis tersebut, kebiasaan penulis menabung sejak usia dini amat dipengaruhi oleh peran orangtua dan imej performansi bank berikut personil pelayanannya. Sosok-sosok dan lembaga keuangan/perbankan tersebutlah, yang secara langsung maupun tidak amat berpengaruh terhadap motivasi penulis untuk mau menabung sejak dini. Maka, penulispun menarik sebuah asumsi, bahwa untuk mengedukasi anak-anak usia sekolah dasar agar paham dan berminat terhadap jasa-jasa perbankan, sosok-sosok maupun lembaga yang disebut sebelumnya itulah, yang memegang peranan inti dan dituntut untuk dapat mengoptimalkan peranan intinya tersebut.