Crying Money

28 01 2009

Dalam seminar bertajuk “Konferensi Menuju Indonesia Bebas Korupsi” di Universitas Indonesia beberapa tahun lampau, Prof. Emil Salim menyitir satu pengertian korupsi. ”Korupsi adalah perilaku mereka yang bekerja di sektor publik dan swasta, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri dan/atau memperkaya mereka yang berdekatan dengannya, atau merangsang orang lain berbuat serupa dengan menyalahgunakan kedudukan yang mereka emban.”demikian bunyi definisi termaksud. Pada definisi yang disempurnakan dalam kredo Bank Pembangunan Asia dari konsep Transparency International, sebuah LSM yang meliputi 60 negara dan mengkhususkan diri pada usaha pemberantasan korupsi di dunia itu, terkandung beberapa pengertian pokok. Pertama, pengertian pokok dari definisi tersebut yalah bahwasanya mereka yang terlibat korupsi terdapat dikalangan pemerintah (birokrat), swasta (pengusaha), lembaga politik (politisi). Dua, mereka yang tercantum dalam butir pertama berupaya memperkaya diri sendiri, memperkaya orang-orang yang ’dekat’ dengan mereka, atau merangsang orang lain untuk memperkaya diri. Memperkaya diri dalam pokok kedua ini, selain bisa berarti menumpuk harta, bisa juga berarti memupuk kekuasaan. Tiga, pokok yang terkandung dalam definisi korupsi dari konsep Transparency International adalah ketidakwajaran dan ketidaklegalan cara yang dipakai, misalnya dengan penyalahgunaan kedudukan oleh mereka-mereka yang termaksud dalam pokok pertama.

Sesuai kedudukan pelaku korupsi, nilai uang atau barang yang terlibat di dalamnya bisa bernominal kecil, dapat juga bernilai besar. Jika uang atau barang yang diberikan hanya sekedar bermakna “persenan”, yang diberikan ikhlas dengan bahasa ”tanda terima kasih”, maka uang/barang tersebut, menurut Prof. Emil Salim termasuk jenis ”Smiling Money”. Jika uang/barang yang terlibat ternyata disediakan atas dasar keterpaksaan- demi memenuhi prasyarat pelayanan, Prof. Emil Salim menggolongkan jenis uang atau barang tersebut sebagai ”Crying Money.” Dalam kasus Crying Money terdapat pihak penerima suap, yang memaksa pemberi suap atau calon pemberi suap agar menyerahkan sebentuk ‘upeti’, bagi kelancaran birokrasi. Bagi pihak penerima suap, baik suap berupa uang/barang dalam kasus Crying Money, faktor pembiayaan pekerjaan atau proyek akan terpecah kedalam tiga aspek perhitungan : perhitungan jangka pendek, jangka panjang, dan menurut kelakaran sunda- perhitungan ”jang-ka imah.” Secara etimologis ”jang-ka imah” dalam bahasa Indonesia memiliki arti : untuk ke rumah. Dalam sebuah Studium Generale yang pernah saya ikuti, seorang rekan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) pernah membuat plesetan untuk kasus praktek Crying Money tersebut. Rekan mahasiswa itu memelesetkan akronim UUDP dan UYHD sebagai : ”uang untuk dibawa pulang” dan ”uang yang harus dibawa pulang.”

Read the rest of this entry »





Tiada Damai Tanpa Rahmat

28 01 2009

Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah fil ‘ardh atau khalifah di muka bumi (Q.S. 2 : 30). Manusia diperintahkan untuk mengelola alam yang fana ini, semata-mata untuk beribadah kepada-Nya (Q.S. 51 : 56), selain demi kemaslahatan alam dan umat manusia sendiri. Begitu besar kepercayaan Allah terhadap mahluknya yang bernama manusia. Bahkan malaikat yang tak lepas dari ibadah dan taat, bahkan iblis yang telah Dia ciptakan dari api membara, tak pernah sempat mengemban amanah sebesar itu. Bukan malaikat atau iblis, tapi manusialah yang diperintahkan Allah untuk menjadi penebar rahmat bagi sekalian alam.
Nabi Muhammad SAW diutus Allah tak lain untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam (Q.S. 21 : 107). Kita sebagai umatnya perlu mengikut contoh perilaku, ucapan dan perangai beliau, sebab Allah sendiri telah berfirman : “Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah itu contoh ikutan (uswatun hasanah) yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. 33 : 21) Maka perintah Allah untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam, sekaligus berlaku pula untuk seluruh umatnya yang bersaksi : “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah.”
Tidak mudah bagi manusia untuk menjadi rahmat sekalian alam. Ada setan yang selalu menggoda untuk berbuat ingkar, sampai kesesatan itu menjadi ‘darah’, menjadi ‘daging’, dalam diri seorang anak manusia. Namun adakalanya pula manusia bersiteguh, selalu tegar dan istiqamah, mengikuti perintah dan menjauhi segala larangan Tuhannya. Dan ada diantara mereka pula yang kemudian bertobat, setelah diri berkubang dosa, sebab Allah melimpahkan hidayah setelah setan menggelincirkannya.

Read the rest of this entry »





Keluarga Sakinah Tonggak Masyarakat Madani

28 01 2009

Maqam keimanan dan ketakwaan, yang terejawantahkan dalam setiap gerak aktivitas seorang muslim adalah parameter bagi keunggulan diri. Hanya insan beriman dan bertakwalah, yang mampu melebur potensi diri untuk berbuat yang terbaik, berkarya yang bermanfaat, bagi agama, negara dan masyarakat. Proses penggemblengan insan unggulan tersebut bermula dari suatu wadah. Wadah atau organisme terkecil pembentuk masyarakat, yaitu : family atau keluarga. Family dalam Cambridge Advanced Learner’s Dictionaries berarti “a group of people who are related to each other, such as a mother, a father, and their children.” Bila diterjemahkan kedalam bahasa indonesia artinya adalah kelompok orang yang berhubungan satu sama lain, seperti ibu, ayah dan anak-anak.

Keluarga adalah tempat darimana setiap individu berasal dan dibesarkan. Karenanya, karakter keluarga banyak memengaruhi jati diri, cara-ciri seseorang dalam memandang berbagai dimensi kehidupan. Keluargalah influence utama bagi setiap pribadi. Pengalaman serta apa yang dipelajari seseorang dalam keluarga, secara tak langsung merupakan proses doktrinasi. Bagaimana seseorang mengemukakan pendapat, memilih kegiatan, berpartisipasi dalam kelompok, atau mengekspresikan sikap dimanapun ia berada, tak bisa lepas dari doktrin asal yang dianut keluarganya.
Doktrin dalam wujud nilai-nilai anutan, adalah pedoman setiap individu dalam menjalin hubungan horisontal maupun vertikal, dengan sesama manusia atau dengan Allah SWT sebagai Rabbul Áalamiin. Bila nilai yang diajarkan sarat akan hikmah kebaikan, maka produk keluarga tersebut adalah pribadi-pribadi unggulan. Unggul intelektual, unggul emosional, juga unggul spiritual. Artinya, selain cerdas dan mampu bersosialisasi dengan baik, insan unggulan berada pada tingkat keimanan dan ketakwaan yang istimewa.

Lalu, keluarga seperti apa yang mampu melahirkan pribadi-pribadi sebagaimana dipaparkan tersebut ?

Read the rest of this entry »





Warisan Pak Muby

28 01 2009

Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, penuh sesak oleh para pelayat. Siang hari tanggal 25 Mei 2005 tiga tahun lalu, jenazah Prof. DR. Mubyarto disemayamkan di aula agung universitas, sebelum diberangkatkan menuju peristirahatan terakhir : Taman Pemakaman Keluarga UGM, Sawitsari. Beberapa bulan sebelumnya, seorang guru besar di lain bidang keilmuan juga disemayamkan di Balairung UGM. Dia adalah Prof. DR. Kuntowijoyo, lelaki yang akrab dipanggil Pak Kunto, salah seorang cendekiawan muslim dan sastrawan kenamaan Asia Tenggara. Maka di tahun yang sama, telah tercatat dua kehilangan besar bagi UGM dan Indonesia, mengingat kredibilitas dua guru besarnya yang berpulang pada awal dan menjelang tengah tahun 2005 tiga tahun lalu itu.

Seperti juga Pak Kunto, Pak Muby (panggilan akrab Prof DR. Mubyarto)-pun meninggalkan warisan pemikiran yang berharga. Jika Pak Kunto dikenal luas sebagai pelopor sastra profetik, sebuah konsep sastrawi yang dibangun berlandaskan prinsip dan tradisi kerasulan, maka Pak Muby disegani banyak kaum cerdik-cendikia dalam perannya sebagai konseptor Sistem Ekonomi Pancasila, sistem yang telah melahirkan sub-ide/sistem Ekonomi Kerakyatan diawal orde reformasi. Pemikiran-pemikiran seputar Sistem Ekonomi Pancasila yang banyak beliau lontarkan pada era 80-an, serta konsep Ekonomi Kerakyatan yang digagas Pak Muby menjelang SI-MPR 1998, merupakan warisan pemikiran yang bernilai tinggi, yang patut menjadi bahan kajian tidak hanya bagi kaum ekonom, namun perlu juga ditelaah dan direnungkan luas oleh berbagai kalangan di negeri ini.

Pak Muby adalah salah satu dari ekonom UGM penggagas konsep Sistem Ekonomi Pancasila, dalam dies natalis perguruan tinggi tersebut pada tahun 1980. Dalam perayaan seperempat abad UGM itulah, pertama kalinya ide Sistem Ekonomi Pancasila diungkapkan kepada publik. Gagasan itu disampaikan mengingat pemerintahan Orde Baru mulai tampak mengadopsi ”paham ekonomi liberal” secara total, guna mengembangkan perekonomian Negeri. Sebagai koreksi atas kecenderungan tersebut, Pak Muby mengajukan semacam peringatan “teoritis”, bahwasanya ilmu ekonomi Neoklasik dari Barat yang tampak relevan bagi pengembangan perekonomian nasional, sebenarnya kurang memadai bagi pemerataan serta mewujudkan keadilan sosial bagi masyarakat kita. Guna menegaskan pendiriannya itu, pernah dalam satu artikel PUSTEP-UGM, lembaga penelitian yang diketuainya sejak 2002, Pak Muby mengutip peringatan Prof. Dr. Sardjito, Rektor pertama UGM. Isi pernyataan yang dikutipnya adalah : ”….bila Taman Siswa membuka Fakultas Ekonomi, seyogianya Majelis Luhur Taman Siswa, mengajukan pertanyaan kepada dosen-dosennya, bagaimana menerapkan Pancasila dalam mata pelajaran Ekonomi. Bila pernyataan ini tidak diindahkan, bisa-bisa ide ekonomi kapitalistik merasuki mata pelajaran ekonomi di Taman Siswa.”

Guna mengatasi kecenderungan itu, ekonom-ekonom UGM dengan ’motor’ Pak Muby, membuat definisi dan penjabaran mengenai apa yang dimaksud dengan Sistem Ekonomi Pancasila beserta butir-butir Falsafah yang menjiwainya. Ekonomi Pancasila didefinisikan Pak Muby sebagai sistem ekonomi nasional Indonesia yang mengacu dan didasarkan pada etika falsafah Pancasila, yaitu :

-Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral;

-Ada kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan emerataan sosial yaitu tidak membiarkan terjadinya dan berkembangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial;

-Semangat nasionalisme ekonomi; dalam era globalisasi mekin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri;

-Demokrasi Ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan masyarakat;

-Keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil, antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas, dan bertanggungjawab, menuju perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kalangan ekonom dalam struktur pemerintahan Orde Baru, ternyata mengabaikan peringatan dan menafikan konsep Sistem Ekonomi Pancasila yang ditawarkan Pak Muby. Para pemegang otoritas malah lebih tertarik mengembangkan sistem konglomerasi industri, seolah-olah sistem tersebut merupakan konsep ajaib yang bisa memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi secepat mungkin. Pemerintah tak lagi hirau terhadap prinsip perekonomian Indonesia yang menganut azas kekeluargaan ( UUD 45 pasal 33 ayat 3) dan berlandaskan Pancasila, yang selain mementingkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, juga mensyaratkan pemerataan pendapatan. Maka lalu terjadilah ketimpangan ekonomi. Semakin lebar jarak antara si kaya dengan si miskin. Sehingga timbul apa yang diistilahkan dengan : kesenjangan sosial.

Read the rest of this entry »





Pengalaman Nonton Film Kita

28 01 2009

Sebelum teknologi video betamax memasuki Indonesia, saya biasa menonton film di bioskop. Di Bandung, kota tempat tinggal saya, Paramount Theater, Bandung Theater, Nusantara Theater, Capitol Theater, Dallas Theater, Dian Theater, dan King’s Theater adalah bioskop-bioskop favorit warga kota. Paramount Theater dan Capitol Theater terletak di Jalan Jenderal Sudirman. Bandung Theater terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani. Nusantara Theater, Dallas Theater, Dian Theater, King’s Theater tersebar di Alun-alun Bandung, seputar Jalan Merdeka dan Jalan Kepatihan. Tak heran jika saya hafal rata-rata nama dan lokasi bioskop-bioskop tersebut. Ayah dan Ibu, setiap kali ada film baru untuk SEMUA UMUR atau 13 TH KEATAS, pasti mengajak saya pergi menonton. Serial SUPERMAN I sampai IV, film-film Warkop (sejak masih bernama Warkop Prambors), adalah jenis-jenis film yang habis saya tonton. Tapi dibandingkan serial-serial tersebut, dua film paling berkesan buat saya semasa kecil adalah : “Sang Guru” yang dibintangi S. Bagio dan “Ratapan Anak Tiri” yang dibintangi Faradilla Sandy. Dua film ini berkesan karena dari dua film tadi saya mengenali apa kepahitan hidup dan apa kesedihan hati. Buat anak-anak seusia saya ketika itu, kegembiraan adalah kenyataan keseharian. Tidak pernah sedih. Baru setelah menyaksikan kedua film itu saya agak mudeng : oh, begitu, ya, rasanya sedih … Dan sepulang dari bioskop-pun, saya bisa menjadi pemurung. Orangtua sampai ikut khawatir. Jangan-jangan saya sakit atau marah, sebab tak dibelikan sate ayam. Begitu sangkaan ibu saya.

Seperti rata-rata keluarga Indonesia, salah satu menu hari raya keluarga saya selain makan ketupat dan silaturrahmi adalah nonton bareng film Warkop di bioskop. Hampir kebanyakan film Warkop diluncurkan saat masa liburan panjang dan hari raya Idul Fitri. Maka tak pelak, film-film Warkop dianugerahi Piala Antemas, satu penghargaan untuk film yang paling banyak ditonton orang.

Celotehan Kasino, mimik wajah Indro, dan objek penderita yang diperankan Dono merupakan daya tarik tersendiri dari film-film Warkop. “Elu sih, Ndro…” ; “Waduh, Ndro, Si Mbahurekso ini…” ; adalah beberapa ungkapan dalam film Warkop yang masih saya hafal. Sayang, lama-lama Ayah dan Ibu mengeluhkan jalan cerita film-film Warkop. Terlalu banyak mengeksploitasi wanita, menurut Ibu. “Ceritanya begitu-begitu saja…”timpal Ayah lagi. Seiring usia anggota Warkop yang bertambah tua, ditandai dengan makin jarangnya rambut salah satu personilnya, Indro, mutu lawakannyapun makin kehabisan energi. Rating mereka saat tampil di televisi juga tidak istimewa. Saya lebih suka menyaksikan film-film box office mereka yang diputar ulang, seperti : “Maju Kena Mundur Kena” , “Pokoknya Beres”, atau “IQ Jongkok”, ketimbang sinetron Warkop yang ditayangkan televisi swasta.

Read the rest of this entry »